Record store day. Just celebrate and buy some records!
Record store. Pendefinisian yang mungkin bisa menjadi banyak sebutan nya di Indonesia. Beberapa menyebutnya toko kaset, toko cd, atau bahkan toko plat. Yang terakhir mungkin sudah jarang terkenal, mengingat sebutan PH/plat sudah terdegradasi oleh istilah barat: vinyl. Yang jikalau kita memasukan keywords itu di situs jual beli, akan menjadi rancu dengan dagangan garskin atau onderdil motor. Haha.
Disc tarra, duta swara, aquarius. Record store major ternama di Indonesia. Saya menyebut major karena memang mereka lebih berfokus untuk menjual rilisan dari major label dan segala printilan bisnis bernilai sangat besar di dalam nya. Bisnis yang belakangan ini juga harus berjalan tertatih karena semakin minim nya orang membeli rilisan fisik yang asli.
Selain record store major diatas, ada juga record store yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha yang skup nya lebih kecil. Dengan semangat yang tinggi, ketekunan, ikatan emosinal, komunitas dan yang sering digadaikan akhir-akhir ini: ekskusifitas. Record store independen ini jumlahnya tentu sedikit, apalagi dengan industri musik fisik yang semakin lemah belakangan ini, menjadikan para pengusaha independen ini harus lebih jungkir balik putar otak berbagai cara untuk bisa survive.
Dengan era indie-bands selama 10 tahun ke belakang, sejujurnya record store independen ini menjadi suatu alternatif yang terus kuat dan berkembang. Mulai dari segi manajemen, distribusi, bahkan ada yang sampai membuat record label dan manajemen artis yang sekarang memiliki kondisi yang relatif lebih stabil. Hal ini sedikit banyak merupakan hasil kerja keras yang luar biasa dalam membangun networking yang kuat. Ommuniuum, Hey folks!, D.U 68, monka magic, pedagang-pedagang di lantai dua taman puring, basement blok m square, jl. surabaya, mondo, grieve records, demajors, ffwd records, garasi opa+kineruku, galaxy music, metalgodz, distro-distro yang juga menjual rilisan musik, dan banyak lagi di daerah lain di seluruh Indonesia.
Pada akhirnya, belakangan ini baik record store major maupun independen sudah memiliki penggemar nya masing-masing. Masyarakat penikmat musik semakin diberikan pilihan dan alternatif yang lebih beragam. Terlebih dengan adanya internet, memudahkan kita untuk membeli rilisan musik tanpa harus keluar rumah.
Record store day, bagi saya adalah bentuk apresiasi. Bukan hanya kepada musik dan rilisan fisik tetapi juga pada orang-orang yang sudah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan nya. Orang-orang yang dengan keyakinan teguh berusaha menyiasati, mendidik, menyadarkan bahwasanya record store merupakan sebuah altar suci bagi setiap penyembah berhala atas nama musik. Sebuah tempat dimana kita bisa menemukan harta karun yang tak ternilai harga nya lewat sebuah perjalanan singkat yang tidak pernah kita duga sebelum nya.
Saya paham betul bahwa membeli rilisan musik bisa kapan saja, akan tetapi lewat record store day, setidknya kita bisa kembali merayakan indah nya berkumpul dengan sesama penyembah musik. Mengobrol, bertukar pikiran dan tentu saja menyisihkan sedikit uang untuk membeli rilisan musik. Sebuah hal yang sebenarnya sangat mudah, murah, dan menyenangkan.
So let's just celebrate and buy some records. Happpy record store day!
-pict varoius seach from google images
Cakap, wak! It should have been a nice moment for everyone who still get excited to physical releases of musical products.
BalasHapus